20 Desember 2010, pertama kalinya Tempurmania beraksi mendukung Persekabpur. /foto: danu
Divisi 3 tahun ini akan kembali bergulir, kompetisi yang melibatkan ratusan tim-tim amatir dari Sabang hingga Merauke. Jadi ingat 3 tahun lalu saat tim sepak bola kabupaten asal saya pertama kali ikut serta.

Sekitar 3 tahun yang lalu, 2010, tercipta sejarah baru persepakbolaan Kabupaten Purworejo,  kabupaten asal saya dilahirkan. Dari yang awalnya hanya diramaikan dengan kompetisi-kompetisi lokal antar tim sepak bola kampung, menjadi makin ramai ketika dibentuk tim untuk diikutkan dalam kompetisi sepak bola nasional, Liga Indonesia. Hingga lahirlah Persekabpur – klub sepak bola dan kemudian disusul Tempurmania – kelompok suporternya.

Pembentukan tim Persekabpur (Persatuan Sepak Bola Kabupaten Purworejo) merupakan program PSSI Pengcab Purworejo kala itu. Bisa dibilang ini merupakan keberanian mereka setelah beberapa tahun lamanya hanya menjadi pelengkap PSSI pusat sebagai anggota tapi tak mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Meskipun, ISP (Ikatan Sepak Bola Purworejo) -nama lawas untuk tim sepak bola Kabupaten Purworejo- juga sudah aktif mengikuti kompetisi, yaitu Piala Soeratin.

Salah satu catatan sejarah yang saya temukan, karena belum sempat mencari tahu lebih dalam, adalah ketika ISP nyaris lolos ke tingkat nasional. Tahun 1986 tepatnya, ISP lolos ke final wilayah Jawa Tengah – DIY. Persipur Purwodadi lah yang menghentikan langkah ISP. Mungkin ini satu-satunya prestasi terbaik ISP dari sejak dibentuk pada tahun 1954. 

Sedikit kilas balik perjalanan Persekabpur di Divisi 3 2010/2012. Persekabpur mengawali laga Putaran 1 di kandang sendiri dengan mengalahkan Persab Brebes dan Persikama Kabupaten Magelang. Lolos ke putaran-putaran berikutnya dengan mudah sebagai juara grup tiap putarannya. Hingga tembus sampai babak semifinal. Nyaris saja lolos ke final andai pada babak semifinal yang dimainkan di Stadion Lebak Bulus itu tidak kebobolan pada menit ke-89 oleh pemain Mitra Bola Utama. Juara III Divisi 3 Nasional menjadi sejarah baru Purworejo dalam hal sepak bola.

Munculnya tim sepak bola (hampir) selalu diikuti dengan munculnya kelompok pendukung. Sama halnya di Kabupaten Purworejo. Adanya Persekabpur membuat beberapa anak muda Purworejo yang gila bola, sebut saja begitu, tergerak untuk membentuk kelompok suporter. Saya menjadi salah satunya. 

Mungkin ceritanya akan lain kalau saja manajemen Persekabpur tidak membuat grup facebook bernama ‘Persekabpur Purworejo’. Tahun 2010 kala itu, jejaring sosial bernama facebook sedang dalam masa-masa awal terkenalnya. Dan bermula dari situlah, komunikasi beberapa pendiri kelompok suporter bertemu. Berawal dari ngobrol santai di grup lalu saling tukar pendapat, dilanjutkan dengan kopdar. Terbentuklah kelompok suporter yang akhirnya dinamakan dengan Tempurmania. 

Pada waktu pertama bertemu itu, hanya 7 orang yang datang. Tepatnya pada hari Sabtu, 30 September 2010, bertempat di Tugu Monumen 5 Taoen Merdeka Republik Indonesia di sebelah utara Alun-Alun Purworejo. Beberapa kesepakatan dibuat, termasuk cara untuk mencari massa agar Tempurmania semakin banyak anggotanya. Lagi-lagi facebook menjadi salah satu medianya. Saya yang kebetulan lebih sering aktif di dunia maya membuat grup dan mengajak semua pengguna yang berasal dari Purworejo. Tapi cara konvensional juga tetap digunakan, dari mulut ke mulut mengajak teman untuk turut gabung. Dan berhasil, dari yang awalnya tak lebih dari 10 orang, hingga berjumlah ratusan.

Melihat kota/kabupaten lain yang lebih dahulu ada klub sepak bola dan kelompok suporternya mungkin menjadi salah satu motif saya dan teman-teman yang akhirnya rela bergabung dengan Tempurmania. Dahaga akan kebanggaan dan prestasi lewat sepak bola itu akhirnya terwujud meski hanya berlaga di kompetisi amatir. 

Tempurmania secara resmi mendukung di stadion saat Persekabpur menjadi tuan rumah Putaran III Divisi 3 2010/2011, 20 Desember 2010. Tanggal itulah yang kemudian disepakati sebagai tanggal lahirnya Tempurmania. Tribun Stadion WR Soepratman -stadion satu-satunya di Kabupaten Purworejo- pun nyaris penuh. Dan waktu itu, Tempurmania belum mengenakan atribut seragam seperti halnya kelompok suporter lain meski sudah menetapkan warna merah sebagai warna identitas. Warna jersey Persekabpur menjadi dasar penetapannya.

@aritsantoso

0 comments:

Post a Comment

 
Top